Kamis, 07 Februari 2019

TRADISI "UNIK" RAHINA GALUNGAN DI TANGGAHAN TENGAH

Galungan merupakan hari besar agama Hindu yang datang setiap enam bulan sekali, yaitu pada Rahina Buda Kliwon Dungulan. Terdapat beberapa tadisi unik yang masih terjaga sampai saat ini di Banjar Adat Tanggahan Tengah, seperti Ngejot Tumpeng (Ngejot Punjung), membuat Penjor Nganten, serta tidak kalah pentingnya adala Ngelawang.


Secara Umum Ngejot merupakan tradisi memberikan makanan kepada para tetangga sebagai rasa terima kasih. Ngejot Punjung hari raya Galungan di Tanggahan Tengah dilakukan oleh semua warga ditujukan kepada warga yang "Nganten" (menikah) sebelum hari raya Galungan tersebut. Warga biasanya membawa perlengkapan rumah tangga seperti beras, gula, tumpeng serta Sate Galungan (sate lembat, sate asem, sate gunting, dan sate kurung), setelah itu warga yang ngejot pulangnya akan membawa tape dan Jajanan Uli yang diberikan oleh keluarga yang Nganten. Makanan ini merupakan makanan khas saat hari Galungan di Bali.


Sedangkan untuk Penjor Anten merepukan penjor yang memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran Penjor lainnya. Penjor Anten dibuat se-Seni dan se-Kreatif mungkin, tujuannya adalah pertanda bahwa salah satu pemilik rumah selesai menikah sebelum hari Galungan tersebut datang.

Ngelawang dari kata ngelawang kata akhir diambil dari kata "lawang" yang artinya “pintu” dan ditambah awalan “nge”. Tradisi ngelawang ini bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dan melindungi penduduk dari wabah atau penyakit yang diakibatkan oleh roh-roh (bhuta kala), serta agar warga desa diberikan keselamatan dan kerahayuan.  Pada saat berlangsung Ngelawang mereka akan berkeliling banjar / desa, menarikan barong tersebut dari rumah ke rumah. Tradisi Ngelawang biasanya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali (210 hari) di antara Hari raya Galungan dan Kuningan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar