MEGANDU
Megandu merupakan salah satu Tradisi Budaya yang ada di Desa Adat Tanggahan Tengah. Belum
diketahui asal kata Megandu, secara umum Megandu merupakan perang Ketupat
dengan menggunakan Tipat yang bernama tipat megandu. Megandu merupakan salah satu tradisi adat budaya Umat Hindu
di Tanggahan Tengah yang tergolong unik dan merupakan warisan leluhur yang
masih terus dilaksanakan secara turun temurun dari dari generasi ke generasi
sampai saat ini.
Tradisi ini dilakukan setiap satu Tahun sekali yaitu
bertepatan dengan Pujawali di Pura Masceti Tanggahan Tengah yang jatuh pada
Sukra Umanis, Wuku Langkir. Penglingsir Tanggahan Tengah Menyebutkan makna dari
Megandu itu sendiri adalah ungkapan terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa dalam manefestasi beliau sebagai Dewi Sri sebagai perlambang Dewi
Kesuburan dan Kemakmuran atas berkah yang telah beliu berikan ke warga khususnya warga Tanggahan Tengah.
Proses Megandu dimulai dengan Upacara
Persembahyangan bersama di Pura Masceti Banjar Tanggahan Tengah. Setelah semua
selesai sembahyang dan mendapat tirta maka tradisi Megandu dimulai. Peserta upacara
Megandu di bagi dua kelompok dan saling berhadapan satu sama lain, setelah
semuanya siap.
Dengan terlebih dahulu diberikan aba aba, aksi saling lempar melempar ketupat menjadi saat menarik karena begitu riuh dengan sorak sorai peserta dan warga setempat yang ikut dan menyaksikan upacara Megandu, ini berlangsung kira kira lebih kurang selama selama 30 menit.
Setelah selesai peserta Megandu akan Megibung
(makan bersama-sama) berlambang berkah yang tuhan berikan ke hambanya.
Didaerah lain juga terdapat tradisi ini tetapi
mungkin menggunakan Tipat dengan nama dan bentuk yang lain. Seperti di Desa
Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung misalnya, di daerah ini Perang Ketupat
dilakukan setiap satu tahun sekali. Disebutkan Perang ketupat adalah simbolis
hubungan yang dilakukan oleh Dewa Rare Angon dan Dewi Hyang Nini Bhogowati
sebagai lambing kesuburan dan kemakmuran
(sumber: http://www.komangputra.com/kekuatan-magis-tradisi-perang-ketupat-di-bali.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar