Pohon Cempaka merupakan titik
awal dari cerita leluhur kami terkait “metanginya” arca lingga Ida Sesuhunan
ring Pura Dalem Banjar Tanggahan Tengah. “Metangi” yang kami maksud dalam hal
ini adalah diangun/dibuat suatu benda.
Pohon cempaka merupakan pohon
yang memiliki bunga yang begitu harum yang memiliki banyak manfaat dengan
berbagai mitos kepercayaan yang berkembang. Di Bali sendiri bunga dan pohon
cempaka memiliki banyak kegunaan seperti untuk upakara yadnya
(persembahyangan), serta kayunya sering digunakan untuk membuat tapel.
Terlepas dari cerita pohon
cempaka yang memiliki banyak kegunaan, kami akan menceritakan terkait sejarah
metanginya Arca Lingga Ida Sesuhunan ring Pura Dalem Banjar Tanggahan Tengah.
Diceritakan konon sekitar tahun 1950-1960 terdapat pohon cempaka yang begitu
besar di Pura Dalem Banjar Tanggahan Tengah, pohon ini terletak di arah barat
daya Pura. Diperkirakan pohon tersebut sudah ada dari ratusan tahun dahulu,
dimana tak seorangpun leluhur kami yang ditanya mengetahuinya. Pada tahun
1960-an tersebut terdapat pembangunan di Pura Dalem, sehingga pohon Cempaka
tersebut terpaksa ditebang. Namun penebangan tidak berjalan mulus karena setiap
kayu sisa hasil tebangan tumbuh dengan cepat. Seiring berjalannya waktu banyak
kejadian aneh yang terjadi pula, mulai
dari kekeringan, pertengkaran, sampai banyak warga yang sakit sampai
meninggal salahpati(meninggal tidak wajar), kekeringan. Dari kejadian tersebut
makan penglingsir pada saat itu menanyakan kejadian aneh tersebut ke orang
pintar. Hasil dari bertanya tersebut diperoleh bahwa terdapat manifestasi tuhan
yang beristana di Pohon Cempaka tersebut marah dan meminta agar mengembalikan
pohon supaya hidup kembali.
Singkat cerita para penglingsir
saat itu melakukan paruman(rapat) adat dan salah satu penglingsir memberi
masukan cara untuk menjadikan pohon cempaka yang ditebang hidup kembali yaitu
dengan cara membuat tapel, karena di Bali sendiri tapel dianggap benda hidup
karena memiliki kekuatan magis yang begitu besar. Dan para anggota paruman
menyetujuinya dan dibangunlah Arca Lingga berupa 1 Barong Ketet, 3 tapel
Rangda, serta 1 tapel Serenggi dari bongkol (batang terbawah) dari Pohon
Cempaka yang ditebang. Pada saat itu dikatakan bahwa pemahat yang membuat
merupaka penglingsir dari Singapadu, Gianyar. Arca Lingga tersebut sampai saat
ini masih disungsung oleh warga pada khususnya warga Tanggahan Tengah.