Senin, 31 Oktober 2016

Calonarang

Kisah Calonarang sendiri mucul di masa pemerintahan Raja Airlangga (1006-1042 M) yang memerintah di Jawa Timur sejak 1021 sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Airlangga adalah putra Udayana, seorang bangsawan dari Kamboja yang kemudian menikah dengan Putri Mahendradata di Bali .

Saat memerintah Airlangga beberapa kali pemindahan kerajaan akibat serangan musuh. Salah satunya diterangkan dalam Prasasti Terep (1032 M) menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan karena serangan musuh. Airlangga pernah memerintah di Daha Kediri, seperti tertulis dalam serat Calonarang. Dalam masa pemerintahan di Daha, Airlangga banyak mendapat cobaan antara lain dari janda sakti asal Desa Girah atau Gurah yang bernama Calonarang. 


Dikisahkan saat itu Calonarang marah gara-gara anak perempuannya yang bernama Ratna Manggali tidak ada yang melamar ketika menginjak dewasa. Ketidakberanian pemuda-pemuda kala itu dikarenakan kesaktian Calonarang yang dikenal bengis. Mengetahui hal ini, Calongarang marah dan menenung rakyat sebagai hukuman. Calonarang adalah penganut Bhairawa Pengiwa dan penyembah Durga. Atas kejadian tak ada pemuda-pemuda yang melamar anaknya kemudian dia melakukan ritual dan oleh Durga ritualnya dikabulkan dan dia mampu menurunkan wabah penyakit ke seluruh wilayah dan rata-rata yang terkena penyakit kutukannya pasti mati. Banyaknya korban membuat Raja Airlangga memikirkan jalan keluarnya. Salah satunya adalah dikirim bala tentara untuk menumpas Calonarang. Usaha itu gagal dikarenakan Calonarang terlalu sakti. Serangan itu malah membuat kemarahan Calonarang semakin menggebu-gebu.  Hingga kemudian sang Raja Airlangga mendapat petunjuk. Mpu Baradah, salah satu penasehat Raja Airlangga yang berkedudukan di Lemah Tulis (di wilayah barat Kota Kediri yang
berbatasan dengan Gunung Wilis), bisa mengalahkan Calonarang. Salah satu strategi yang dilakukan Mpu Bharadah menurut Ki Tuwu adalah perkawinan politik yang tujuannya adalah menggerogoti dari dalam keluarga Calonarang, yakni mengawinkan muridnya yang bernama Mpu Bahula dengan Ratna Manggali.

Dikisahkan bahwa lamaran diterima oleh Calonarang lalu kawinlah Bahula dengan Ratna Manggali dan tinggallah Bahula di rumah mertuanya. Dari Ratna Manggali itu Bahula tahu bahwa Calonarang selalu membaca kitab dan tiap malam melakukan ritual angker yakni kuburan. Setelah tinggal beberapa di rumah mertua, Bahula hingga akhirnya banyak mendapat informasi soal ritual yang ia lakukan. Bahula juga berhasil menunjukkan kitab Calonarang kepada Mpu Baradah.  Setelah dibaca dan berhasil dipelajari, akhirnya Mpu Baradah memerintahkan Mpu Bahula kembali ke rumah mertuanya sebelum diketahui karena sempat mencuri kitabnya. Saat itu Mpu Bharadah juga menyusul ke Girah. Dia juga menyebuhkan beberapa orang yang terkena kutukan dari Calonarang.

Hingga akhirnya bertemulah Mpu Bharadah dengan Calonarang di daerah Girah. Mpu Bharadah memperingatkan Calonarang agar menghentikan kutukannya kepada penduduk. Janda itu mengakibatkan terlalu banyak kesengsaraan yang diderita oleh rakyat. Calonarang bersedia menuruti Bharadah asalkan ia diruwat oleh Bharadah untuk melebur dosa-dosanya. Namun Bharadah tidak mau meruwatnya karena dosa Calonarang terlalu besar. Terjadilah pertengkaran dan Calon Arang mencoba membunuh Bharadah dengan menyemburkan api yang keluar dari matanya. Bharadah lebih sakti dan sebaliknya Calonarang mati dalam keadaan berdiri.

Di akhir cerita Calonarang dihidupkan lagi oleh Mpu Bharadah untuk diberi ajaran kebenaran agar bisa mencapai moksa. Calon Arang merasa bahagia karena sang pendeta mau mengajarkan jalan ke surga. 

Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/legenda-kekejaman-calonarang-yang-tak-terhapus-1000-tahun.html

Kamis, 27 Oktober 2016

PKK Banjar Tanggahan Tengah

       PKK merupakan Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, gerakan ini  adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang sejahtera. (sumber: http://pkkkelurahanpadurenan.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-tujuan-dan-sasaran-pkk.html)


10 Program Pokok PKK pada hakekatnya merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu :

1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
2. Gotong Royong
3. Pangan
4. Sandang
5. Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga
6. Pendidikan dan Ketrampilan
7. Kesehatan
8. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi
9. Kelestarian Lingkungan Hidup
10. Perencanaan Sehat


          PKK banjar Tanggahan Tengah terdiri dari kurang lebi 100 orang ibu ibu. Kegiatan PKK banjar Tanggahan Tengah  rutin dilakukan setiap sebulan sekali, biasanya diawal bulan. Berikut ini salah satu kegiatan PKK Banjar Tanggahan Tengah dalam Lomba PKK tingkat Desa

Sesi Foto Bersama


Paduan Suara

Senin, 10 Oktober 2016

ST. Kumara Yowana


1. Sekaa Taruna

Sekaa Teruna merupakan organisasi masyarakat yang anggotanya merupakan Deha Taruna pria maupun wanita. Dalam lingkungan sekaa taruna Banjar Tanggahan Tengah beranggotakan anak mulai menginjak kelas 3 SMP sampai berumur 30 Tahun atau yang belum menikah.Sekaa Taruna Banjar Tanggahan Tengah bernama Sekaa Taruna Kumara Yowana. Tahun 2016 jumlah anggota St Kumara Yowana kurang lebih 250 orang.

2. Kegiatan ST Kumara Yowana dari tahun 2015
Nyepi Saka 1938

Nyepi Saka 1938

Nyepi Saka 1938

Nyepi Saka 1937

Nusa Dua Fiesta 2015

Selasa, 04 Oktober 2016

Nyepi Saka 1937 (Waraha Awatara)

Nyepi Saka 1937
Waraha Awatara

Awatara merupakan manefestasi Dewa Wisnu yang turun kedunia untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran. Waraha Awatara adalah Awatara dewa Wisnu yang ketiga, yang digambarkan dalam wujud seekor babi yang keluar dari hidung Dewa Brahma, membawa bumi dengan kedua taringnya bersenjata gada mengangkat bumi yang tenggelam di samudra alam semesta bernama Garbhodaka.

Waraha Awatara pada masa itu turun kedunia menyelamatkan dunia dari keserakahan Hiranyaksa yang ingin menenggelamkan Bumi. Hiranyaksa adalah seorang yang kuat yang memperoleh anugrah kekuatan dari Dewa Brahma, dimana kekuatan itu adalah tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, Dewa ataupun hewan di dunia. Sehingga turunlah Dewa Wisnu sebagai Awatara dalam wujud manusia berkepala babi untuk menyelamatkan bumi dari keserakahan Hiranyaksa.

Dalam Nyepi Saka 1937 tahun 2015 ST. Kumara Yowana Banjar Tanggahan Tengah mennyoba mewujudkan Waraha Awatara tersebut dalam bentuk Ogoh-ogoh. Ogoh tersebut dirancang dan didesain oleh I Komang Punia Adnyana dan I Komang Edi Saputra, dalam pembuatannya dilakukan oleh seluruh anggota ST.Kumara Yowana Banjar Tanggahan Tengah selama kurang lebih 3 bulan.

Minggu, 02 Oktober 2016

Selayang Pandang Tanggahan Tengah


Tanggahan Tengah

Tanggahan Tengah merupakan salah satu Banjar yang terletak dilingkungan Desa/Kelurahan Demulih. Bagian Utara Tanggahan Tengah berbatasan dengan Banjar Demulih, sebelah barat berbatasan dengan Banjar Serokadan, sebelah selatan berbatasan dengan Banjar Tanggahan Talangjiwa, dan sebelah timur berbatasan dengan Banjar Sedit dan Sembung. 

Secara umum keadaan topografi Banjar Tanggahan Tengah merupakan daerah dengan iklim pancaroba. Curah hujan rata–rata per tahun sekitar 950–1000 mm/th, dengan suhu rata–rata 25–270C. Kondisi ini sangat mendukung aktivitas masyarakat dalam kegiatan pertanian, sehingga sebagian besar masyarakat Tanggahan Tengah berprofesi sebagai petani. Namun terdapat juga pengerajin emas dan perak.

Banjar Tanggahan Tengah merupakan Desa Adat karena sudah memiliki Khayangan Tiga yaitu Pura Dalem, Pura Puseh, dan Pura Baleagung. Pura khayangan Tiga diempon oleh seluruh masyarakat Banjar Tanggahan Tengah, dimana Banjar Tanggahan Tengah memiliki kurang lebih 100 orang Pengarep (Pengayah Adat).